Senin, 19 Januari 2009

Polisi Kok Begini???!!!!!!!!!

Mengapa seseorang mendatangi lembaga pengadil ketika terjadi perselihan???Kenapa tidak diselesaikan sendiri saja diantara pihak yang bertikai????Pertanyaan yang konyol bukan??..tentu setiap orang yang bersengketa menginginkan petunjuk sang pengadil tentang peraturan atau undang-undang yang berkaitan dengan pertikaian tersebut, siapa yang salah, dan siapa yang benar secara hukum. Begitu Kan???? Tapi apa jadinya jika sang pengadil justru melemparkan aturan untuk dinilai sendiri ke pihak yang bersengketa???

Kejadian ini terjadi sekitar awal tahun 2008. Ketika itu adek gw, cewe, sedang mengendarai mobil bersama teman kuliahnya menuju jalan pulang di daerah permata hijau. Entah bagaimana ceritanya, Nyokap gw pun panik memanggil gw. Katanya adek gw tabarakan dengan seorang pengendara motor di Lampu merah Rumah Sakit Medika Permata Hijau, yang memang tidak jauh dari rumah gw. Gw pun langsung nyamperin adek gw.

Setibanya disana, wajah adek gw pucat. Dan seorang pria, berjaket kulit, gondrong, brewokan, sedang duduk di trotoar. Ternyata pria itu yang bersengketa dengan adek gw. Gw pun bertanya ke adek gw, apa yang sebenarnya terjadi. Setelah panjang lebar diceritakan, gw mulai mendapat gambaran tentang kejadian itu. Walaupun, ketika gw bertanya dengan si pria, pria ini juga bersikeras kalau yang salah itu adek gw. Biasalah, mana ada sih maling ngaku maling. Tapi, gw yakin, diliat dari lecet di mobil gw, gw yakin banget motor itu yang salah.

"Gini aja bang, adek abang itu yang salah. Sekarang gini aja, saya ga mau bohong deh..abang ganti aja spakboard saya yang pecah", bentak dia dengan logat batak.

Emosi saya pun terpancing," Pak, kalau memang adek saya yang salah, 1 miliar pun akan saya ganti Pak. Tapi, kalau bapak yang salah, satu perak pun ga akan pernah saya kasih!!!!", bentak gw balik. Perundingan panas pun terjadi. Si Batak ini nampaknya mulai melembut. Dengan berdalih istrinya sedang sakit menunggu dirumah, dan dia hanya karyawan rendahan, omongan bapak ini pun mulai memelas.

Tapi, bukan itu yang ada di otak gw saat itu. Gw penasaran dari dulu, gimana sih kalau kecelakaan seperti ini kita bawa ke kantor polisi??apa tanggepan dari pihak Polisi??kenapa sebagian orang lebih memilih untuk tidak berurusan dengan Polisi, dan menyelesaikan nya di tempat???

"Gini aja deh, Pak...Kita ke kantor polisi Kebon Jeruk, kita tanya, Kita lihat siapa yang salah",ajak gw. Bapak itu pun menjawab," Ya sudah lah, bang, ayo..".

Berangkat lah gw bertiga naek mobil, dan pria itu naek motor menuju Pos Polis Kebon Jeruk. Sesampainya disana, ada seorang Petugas yang menyamperin. "ada apa nih??", tanya polisi itu. " Biasalah,Pak..ada musibah sedikit", kata si Pria itu. lalu Duduk lah Petugas itu di Mejanya. Dan Adek gw serta Pria itu duduk berdampingan di depan si petugas. "Bagaimana ceritanya,Mas?", tanya Petugas itu ke Si Pria Batak. Si Pria Batak pun menjelaskan seperti apa yang dia jelaskan ke gw. Gw hanya duduk di sofa tepat di belakang adek gw dan si Pria Batak itu, dan Berhadap-hadapan dengan Si Petugas Polisi.

Dan Jawaban yang akhirnya bikin gw sadar, kenapa orang lebih memilih menghindari berurusan dengan Polisi pun terucap." Gini ya Mas, Mba..pertama-tama, saya ingin bilang, kalau di jalanan itu semua benar, ga ada yang salah...Sudah lah, Bapak ini minta ganti berapa, ganti sajalah...atau bagi dua, kalau memang tidak punya uang", jawab petugas Polisi itu yang membuat saya jengkel.

Saya pun langsung bangun dari tempat duduk saya."Maaf, Pak...ini bukan perkara uang. Kenapa saya datang ke sini, ke Kantor Polisi, untuk melihat perkara ini dari sudut aturan lalu lintas. kan, Bapak, lebih mengetahui aturan lalu lintas di banding kita. Cuma itu saja pak, bukan masalah uang", ucap gw.

SAng Petugas pun mengulang pernyataannya, " Kan seperti yang tadi saya bilang, di jalanan tuh ga ada yang salah..sudah lah, ngapain di bikin ribet sih..Mas ini mintanya berapa??..bla..blaa..."

Gw pun langsung motong omongan itu, dan mengajak si Pria Batak itu keluar. Si pria yang kemudian mengenalkan dirinya bernama Tarigan itu pun berkata, " yah, begini lah mas, kalau kita ke polisi..buang - buang waktu saja.."

hahahahahaha....kejadian itu menjawab pertanyaan-pertanyaan gw di awal, mengapa orang-orang di negeri ini lebih memilih menyelesaikan perkara sendirian, dari pada membawa perkara ke pihak yang lebih mengerti aturan dan bertugas sebagai penegak hukum. Toh "semuanya benar kan,"....dan " ga ada yang salah.."

Selasa, 13 Januari 2009

Jangan Pernah Makan Mie Ayam di Monas..

Dipertengahan tahun 2008 silam, saya hendak menjemput ayah saya yang bekerja di Pemda DKI, balaikota, Monas. Saya pun masuk ke area parkiran monas sambil menunggu ayah saya.

Rasa lapar pun datang. Sekilas mata memandang, tampak kumpulan tenda-tenda penjaja makanan di sebelah pojok area parkir mobil. Saya pun menghampirinya. Tidak tampak kesibukan yang berarti untuk para pedagang, karena memang bukan musim liburan.

Dari sekian pilihan makanan, saya memilih mie ayam pakai bakso satu porsi. Saat itu, mungkin hanya saya yang membeli makanan di kumpulan tempat makan itu.

Setelah menunggu sekian lama, datang lah mbak - mbak membawa semangkok mie ayam dan menaruh di meja saya. Dari penampilannya, mie ayam ini memang sudah mencurigakan..kuahnya bening, tampak sekali micin nya terlihat disana, tidak seperti kuah mie ayam - mie ayam pada umumnya. Mie nya pun "blenyet", seperti sudah lama terendam air. Baksonya pun begitu. Bulatnya aneh, permukaan luarnya aneh.

Tapi, saya masih mencoba berdalih kalau itu hanya perkiraan saya saja. Lagian, rasa lapar sudah tidak bisa ditahan. Lalu terjadilah suapan pertama. Dan....Masya Allah...."mie ayam apaan nih?", gerutu saya dalam hati. Dari sudut mana pun, pakai indera mana pun, dan jenis makanan apapun yang ada di dalam mangkok itu, tidak ada satupun yang bisa memberikan sisi kelezatan sebuah mie ayam.PARAH!!!!!!!!!!!!....ditambah pelayanan mereka yang sangat tidak bersahabat.

Langsung saya sudahi saja bad lunch ini, dan bertanya," berapa mba?"...Si Mba menjawab, "Lima belas ribu!"

Masya Allah....beginikah potret pelayanan pariwisata kota Jakarta???beginikah cara penduduk kita menyambut kedatangan warga pendatang yang hendak berlibur ke Monas???Okey, memang saya orang Jakarta, yang memang hidup di Jakarta. Dan dapat saya pastikan, mungkin cuma saat itu aja saya makan di monas. Lagian, rumah saya juga deket dari Monas.

Tapi bagaimana dengan rombongan dari luar kota yang ingin berlibur ke Monas?? Bagaimana dengan keluarga yang membawa anaknya melihat rusa di Monas?? Yang tidak membawa bekal makanan dari rumah dan membeli makanan disitu??? Sungguh menyedihkan!!!! Amat sangat menyedihkan!!!!

Dan bagi kalian yang ingin ke Monas, saya sarankan..BAWA BEKAL DARI RUMAH, DAN JANGAN PERNAH BELI MAKANAN DI PELATARAN PARKIRAN MONAS..APALAGI MIE AYAM NYA!!!!!!!!!!!!!!!!

Baraya travel........cukup deh!!!!!

Bisnis travel one time shuttle memang sedang menjamur. Terutama untuk perjalanan Jakarta - Bandung dan sebaliknya. Dahulu, mungkin hanya ada X-trans Travel yang berani mem-plot dirinya sebagai "pelopor one-time shuttle". Namun ketika itu 4848 masih jadi yang paling diminati. Tapi sistem kuota yang menunggu mobil penuh baru berangkat mulai ditinggali penumpang. Semakin kesini, semakin bermunculan travel-travel lainnya. Persaingan harga pun mulai menjadi perhatian bagi para pelancong. Dulu saya selalu memilih X-trans Travel untuk bepergian ke bandung. Karena, selain saat itu baru sedikit travel jenis begini, X-trans Travel memiliki terminal pemberangkatan yang menjangkau daerah dimana gw menghabiskan banyak waktu , yaitu di Bintaro. Harganya pun saat itu masih lumayan murah, Rp 45.000 untuk umum, dan Rp 30.000 untuk mahasiswa ( kalau gw ga salah ya, maklum itu dah lama banget).

Gw pun kembali akan bepergian ke Bulan Agustus 2008 lalu. Bedanya, saat ini harga X-Trans Travel sudah Rp 70.000. Dan gw pun mulai mencari travel-travel lain yang harganya lebih murah. Gw pun melihat spanduk di depan Bintaro Plaza yang bertuliskan "Baraya Travel Jakarta - Bandung Rp 40.000,- Lokasi di Bintaro Sektor 7". Langsung lah gw telpon dan menanyakan lokasi pastinya.

Kalau dulu gw pake X-Trans Travel, gw selalu booking by phone dulu, baru bayar pas pengen berangkat. Dengan Baraya Travel pun begitu, gw booking by phone dulu. DAn akhirnya, hari jumat, gw dateng ke sekitar lapangan Golf Bintaro sektor 7. Dan gw sedikit kaget, ternyata Baraya Travel hanya menyediakan satu buah meja dan satu buah kursi untuk petugasnya, yang waktu itu seorang wanita muda.

Gw pun menghampirinya. Diatas meja tersebut sudah terbuka buku daftar pemesan bagi para calon penumpang Baraya Travel. Gw berdiri di depan meja itu. Tapi, sepertinya kehadiran gw belom diharapkan oleh si mba petugas Braya Travel..he..he..Dia terus-terusan berbicara di telpon dengan (mungkin) temannya. Tak ada sedikitpun itikad dia untuk mengakhiri pembicaraannya dan melayani gw. Sungguh pelayanan yang "baik".

Setelah lumayan lama berdiri, baru mba itu bertanya " ada apa mas?". gw pun membayar dan langsung menunggu di pelataran ruko-ruko disitu, karena memang tidak ada ruang tunggu khusus seperti di X-Trans Travel. Bis Baraya Travel pun datang. Tapi kok di dalam bus medium ( 24 0rang ) sudah ada orangnyayah?? kalau X-trans Travel, dimana dia berangkat, disitu lah semua penumpang naik..Bukan menjemput dari halte ke halte. Gw pun naik di kursi paling belakang.

Sampai akhirnya gw sadar, ternyata harga itu bukan segalanya. Sepanjang perjalanan badan gw tak berhentinya bergoyang seperti kalau naek bajaj. Ntah karena kondisi mobil Baraya Travel, atau cara menyupir si driver Baraya Travel. APalagi di Jalan Tol Cipularang yang memang terbuat dari beton. Maka yang terjadi adalah badan gw yang melompat lompat, bahkan tak jarang pantat gw terpisah dari kursi duduk gw..he..he..

Hmm...ya sudah lah, seenggak nya gw jadi tau...kalau besok-besok, mendingan naek X-trans Travel aja deh..Lebih mahal dikit, tapi pelayanannya lebih baik...

J-Co ber-lalat

Suatu hari di sekitar bulan November 2008, gw dan cewe gw ingin menghabiskan waktu untuk ngobrol2 ria di daerah Bintaro. Di daerah ini memang hanya ada satu buah Mall, Bintaro Plaza. Tempat yang akhirnya gw pilih adalah J-Co Donnuts. Karena memang dibanding tempat sejenis, disinilah yang menyediakan kenyamanan yang lebih baik. Dari tempat duduknya, suasananya, dan yang lainnya, di Bintaro Plaza memang J-Co yang paling nyaman (se enggak nya menurut gw).

Duduk lah gw di bagian dalam (smooking room) setelah memesan 2 buah minuman. Cewe gw memesan minuman Ice Blended Cappucino, dan gw lupa waktu itu gw mesen apa. Setelah beberapa jam berbicara dan minuman pun sudah mencapai titik dasar, tiba-tiba cewe gw panik , " apaan nih??". Gw pun nanggepinnya bercanda. Tapi setelah diperhatikan, benda itu bergerak - gerak. Tubuhnya diselimuti bahan-bahan pembuat minuman itu. Ternyat sebuah lalat hijau, besar, dan masih hidup melekat di sedotan yang sedikit diangkat dari dasar gelas. Kontan, gw langsung nyamperin dapur pembuatan minumannya. Gw panggil waittress. Awalnya hanya seorang waittress yang menanggapi keluhan gw. Tapi setelah gw buka tutup gelas, dan mengangkat sedotan yang digelantungi lalat itu, 2 orang rekannya ikut berkumpul. Gw heran lah, tempat se elite dan se branded J-Co bisa terjadi hal seperti ini. Gw cuma bilang " Nih mas, ada lalat nya...keliatan kan?"..Dan ga seorang pun dari 3 waittress itu yang bisa berbicara..sepatah kata pun. Gw pun langsung kembali ke kursi. Cewe gw masih nutup mulutnya dengan perasaan jijik..ngebayangin seandainya lalat itu masuk ke tubuhnya.

Tak lama berselang, datang seorang berpakaian rapih, berdasi, memakai jas, menghampiri meja gw. " Selamat sore mas, saya Tn X ( gw lupa namanya), saya Manager in Charge disini. Bagaimana kejadiannya mas?"..Lalu gw jelasin lah asal muasal kejadiannya. Manajer itu pun berkata " saya minta maaf sekali mas, kejadian ini memang pernah terjadi sebelumnya, Biasanya ini terjadi dari sedotan yang tidak tertutup. Sekali lagi saya minta maaf, dan saya akan memberikan compliment dengan minuman jenis yang sama. Minumannya tadi apa mas?"..Saya memang salut dengan jiwa besar dan tanggapan atas komplain konsumen seperti saya. Tapi saya kurang sreg aja, klo ketidak nyamanan ini bisa hilang hanya dengan penggantian minuman yang sejenis. " Maaf pak, sebenernya saya 'gak mengharapkan penggantian apapun. Lagian saya juga kembung lah kalau harus minum terus. Saya cuma kaget aja, tempat se kelas J-Co bisa terjadi kejadian seperti ini. Ini masalah kenyamanan dan kepuasan pelanggan, Pak..bukan masalah penggantian. Saya harap sih, kejadian seperti ini tidak terulang lagi, Pak. Sayang lho, brand yang sudah besar ini harus jatoh karena masalah kaya gini", jawab gw.

Manajer itu pun betul-betul mengetahui bagaimana bersikap menghadapi komplain pelanggan. Mungkin karena memang prosedur, mereka pun mengganti minuman cewe gw dengen minuman sejenis yang baru.

Kesalahan, kelalaian,ketelodoran, atau apapun namanya memang lumrah terjadi di semua hal. Tapi, kalau mereka menyadari telah melakukan berkali-kali, dan masih terjadi lagi, fatal akibatnya. Apalagi untuk bisnis yang memang menjual kenyamanan bagi pelanggannya. semoga para pebisnis lebih menghargai perlindungan konsumen.