Minggu, 05 April 2009

Loca - Pelayan yang sangat mengecewakan

Loca- Sudah semestinya, untuk pelaku bisnis, pelayanam konsumen merupakan hal yang harus diperhatikan. Apalagi untuk tempat-tempat yang memang lebih menjual suasana bagi pelanggannya. Saat ini, terutama di Jakarta, tempat seperti "coffee shop" memang menjadi tempat yang paling diminati oleh sebagian warga Jakarta, terutama untuk anak-anak mudanya. Dan di Jakarta sendiri pun, banyak bermunculan tempat usaha seperti itu. Salah satunya adalah Loca, sebuah coffee shop yang terletak di Jl. Kemang Dalam Raya.

Saya memang baru 3 kali berkumpul bersama teman-teman saya disana. Tapi, 3 kali itu pula lah rasa kecewa saya selalu muncul. Hal yang menjadi perhatian yang amat sangat adalah tingkah laku waitress nya. Benar-benar Parah!!!!!

Di setiap meja yang pelanggannya merokok, sudah sewajarnya memang sang waitress menukar asbak yang penuh dengan puntung rokok, dengan asbak yang kosong. Atau membuang sejenak puntung itu kedalam tempat sampah, lalu meletakan kembali di meja pelanggan. Tapi yang menjadi tidak wajar disini adalah, waitress itu melakukan hal itu tanpa berbicara sedikitpun. Tanpa bilang permisi, minta maaf, atau apapun. Kami pun semua terdiam, karena si waitress yang langsung mengambil asbak, dan menukarnya dengan yang baru ketika kami sedang asik berdiskusi hebat.

Lalu, hal lain yang cukup mengecewakan juga adalah ketika kami membayar pesanan. Uang yang kami bayar kami selipkan di buku tagihan. DAn si waitress pun tidak langsung melihat isi uang itu untuk memeriksa apakah ada uang kembalian, atau tidak. Tapi si Waitress malah menunggu meja lainnya untuk membayar dulu. Kami pun hanya bisa menahan rasa kesal atas kelakuan waitress itu. Benar-benar pelayanan yang buruk...sangat buruk.

Mungkin disalah satu artikel sebelum nya, ketika saya menemukan se-ekor lalat di dalam cappucino di J-Co Donnuts, saya merasa kecewa. Namun apa yang dilakukan oleh manager in charge J-Co Donnuts harus diacungi jempol. Dia berkali-kali minta maaf kepada saya dan menawarkan kompensasi atas kejadian itu.

Tapi di Loca tidak. Bahkan sama sekali tidak ada kesadaran dari si waitress loca itu bahwa yang dia lakukan itu adalah salah. Ingin sekali saya berbicara kepada sang manager in charge tentang hal ini, supaya tidak ada lagi pelanggan lain yang merasa kecewa seperti saya.

Senin, 23 Maret 2009

Roti Bakar Eddy-Lemahnya Stamina Pemuasan Pelanggan

Siapa yang tak kenal dengan Roti Bakar Eddy? Tempat makan yang menyediakan aneka jenis makanan ini bahkan telah mengembangkan sayap bisnisnya. Semula hanya berlokasi di sekitar Masjid Agung Al-Azhar (depan kantor PU) kini telah hadir di beberapa tempat lainnya, seperti di Midpoint ( sekitar Hotel Atlet Century, Senayan ), Kemang, dan di Bintaro Trade Centre (BTC).

Anak muda yang suka keluar malam menjadikan Roti Bakar Eddy sebagai persinggahan untuk berkumpul bersama teman-temannya, entah bersama Klub Mobilnya, Klub Motornya, dan jenis-jenis perkumpulan anak muda lainnya. Tak jarang bahkan Roti Bakar Eddy ( yang di sekitar Al-Azhar ) menyebabkan kemacetan karena sulitnya mobil-mobil mencari parkir.

Tapi sekarang?? Kita sudah mulai melihat menurunnya tingkat keramaian pengunjung Roti Bakar Eddy, setidaknya yang saya lihat di Roti Bakar Eddy di depan kantor PU. Mengapa Roti Bakar Eddy bisa seperti ini sekarang? Kemana Roti Bakar Eddy yang beberapa tahun yang lalu menjadi “ajang pamer” dan “pengakuan status” dikalangan anak muda? Munkin sedikit pengalaman saya ini bisa menjelaskan mengapa Roti Bakar Eddy bisa menjadi seperti ini.

Kebetulan kantor saya letaknya sangat berdekatan dengan Roti Bakar Eddy yang disekitar Al-Azhar. Sehingga, hanya Roti Bakar Eddy lah tempat yang memungkinkan ketika saya ingin berkumpul dengan teman-teman saya yang bekerja di kantor berbeda. Kami selalu mencari tempat yang paling strategis dan berada di tengah-tengah pusat perkantoran. Dan Roti Bakar Eddy sekitar Al-Azhar lah jawabannya.

Beberapa kali saya berkumpul di Roti Bakar Eddy, dan beberapa kali itu juga saya mulai merasa kecewa dengan pelayanan Roti Bakar Eddy yang sekarang. Saya penasaran dengan kondisi sepinya Roti Bakar Eddy sekarang yang menjadi sepi. Hingga saya melakukan beberapa percobaan. Saya selalu memesan menu yang berbeda dalam tiga kali terakhir saya kesana. Memang, sistem penjualan di Roti Bakar Eddy memungkinkan kita untuk memesan makanan dari penjual mana pun, ketika kita duduk di depan penjual manapun.

Apa yang saya rasakan, mungkin menjawab pertanyaan saya mengenai sepinya Roti Bakar Eddy saat ini. Pertama, saya merasa makanan yang disajikan sudah kehilangan cita rasa. Dengan kata lain, sudah tidak enak rasanya. Terutama untuk menu Nasi Goreng Kambingnya. Porsi nya sedikit. Daging kambing nya keras. Dan, harganya mahal. Maksud saya, memang harga itu relatif. Tapi dengan kualitas seperti di Roti Bakar Eddy itu, harga segitu menjadi tidak wajar, atau kemahalan. Banyak sekali nasi goreng sejenis yang memiliki rasa lebih enak, namun dengan harga yang lebih murah.

Kedua, dan yang paling mengecewakan buat saya, adalah pelayanan petugas Roti Bakar Eddy terhadap pelanggan. Pernah ketika saya memesan nasi goreng, petugas Roti Bakar Eddy hanya memberikan saya sebuah sendok. Sedangkan saya adalah orang yang lebih nyaman makan menggunakan sendok dan garpu. Ketika saya meminta kepada salah satu petugas Roti Bakar Eddy yang sedang lewat, “Mas, minta garpu dong.” Pinta saya. Lalu dengan cepat, tepat, tegas dan lugas sang petugas Roti Bakar Eddy itu menjawab, “ Enggak ada, mas”. Tidak ada usaha sama sekali untuk mencarikan saya sebuah garpu, alat wajib yang harus ada ketika membuka usaha makanan. Bahkan tidak ada pula rasa penyesalan dan permintaan maaf bahwa mereka tidak bisa menyediakan permintaan pelanggan yang memang sudah seharusnya tersedia.

Pernah pula pesanan yang saya minta tak kunjung datang. Hingga akhirnya saya bertanya kepada salah satu petugas Roti Bakar Eddy yang lewat, “ Mas, pesanan saya mana, ya?”. Lalu si petugas menjawab. “pesanan yang mana yah?”, dan akhirnya saya harus memesan kembali. Dan masih banyak lagi kekecewaan yang saya alami sendiri terhadap pelayanan Roti Bakar Eddy.

Sayang sekali, padahal nama Roti Bakar Eddy sempat muncul di jajaran atas tempat tujuan anak muda Jakarta yang ingin menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Ya, ketika sebuah bisnis menjadi berkembang pesat, sudah seharusnya mereka juga meng-upgrade sistem manajemennya. Sehingga tidak kehilangan kualitasnya, apalagi dengan bertambahnya cabang-cabang di beberapa lokasi. Sayangnya, menurut saya, Roti Bakar Eddy tidak berhasil melakukan itu. Stamina Roti Bakar Eddy dalam menjaga kepuasan pelanggan tidak segitu hebatnya.

Semoga pelaku bisnis di Indonesia pada umumnya, dan Jakarta pada khususnya, selain harus memiliki kemampuan sprint dalam mengembangkan bisnisnya, juga harus menjaga kemampuan marathon dalam menjaga kepuasan pelanggan.





Rabu, 11 Februari 2009

Radio Gen FM yang menyesatkan

Fenomena Radio Gen FM memang sudah meledak pesat di Ibukota Jakarta. Sebagai stasiun radio yang mampu memutarkan lagu-lagu hits dari jaman dahulu sampai yang baru dirilis, Radio Gen FM menjadi radio favorite hampir diseluruh lapisan. Di mobil mewah, di pasar tradisional, Mall, Kantor, Restoran, Apotek, pintu Tol, dan masih banyak lagi tempat-tempat publik yang selalu menyalakan radio Gen FM.

Tapi, sebagai salah sarana informasi sejenis TV,Koran,Internet,dan lainnya, seharusnya Radio Gen FM mampu memberikan informasi yang berguna bagi para pendengarnya. Ntah, karena alasan apa, Radio Gen FM terlalu banyak melakukan siaran recording. Dan buat saya, itu sangat memalukan. Mungkin karena Radio Gen FM masih baru, belum banyak penyiar, atau alasan apapun, tetap saja itu memalukan.

Saya mencoba membandingkan dengan siarannya Radio Prambors. Disetiap siaran, penyiar Radio Prambors selalu mencoba mengatakan tentang keadaan saat siarannya itu. Ntah dia bilang "balik lagi di Prambors di tanggal X bulan Y, sekarang masih pukul HH lewat MM"...atau," wah, di depan kantor kita (ratu plaza) lagi macet banget nih", dan masih banyak lagi contoh-contoh yang jika kita dengarkan, kita pasti tahu kalau mereka sedang siaran langsung. Dan sudah pasti, informasinya pun sangat real time.

Sedangkan Radio Gen FM, sering sekali saya mendengar siaran yang, saya yakin sekali, adalah rekaman. Kalau misalnya dalam konteks promosi iklan, atau event tertentu, memang wajar menggunakan recording. Tapi ini, untuk siaran reguler menggunakan rekaman, itu sangat membahayakan. Sering saya mendengar kalimat yang diucapkan penyiar Radio Gen FM secara berulang-ulang, seperti kaset rekaman yang rusak. Dan tak ada komentar tentang itu dari si penyiar Radio Gen FM yang bersangkutan, seperti kalau si penyiar salah saat siaran langsung.

Atau percakapan antara penyiar andalan Radio Gen FM, Kemal dan Ade yang membicarakan "tau ga gimana caranya supaya dagangan sepatu laku??lempar aja ke presiden..bla..bla...", sangat ga penting sekali. Iklan bukan, informasi juga bukan, benar2 ga bermakna menurut saya.

Dan puncaknya adalah ketika hari Selasa 12 feb 2009. Ketika pagi harinya, saya mendengar siaran di Putuss (Prambors) dari si penyiar Mas Darto, bahwa Rihanna tidak jadi datang ke Indonesia, untuk yang kedua kalinya. Tentu saya, dan mungkin sebagian orang lainnya merasa kaget. Karena kedatangan RIhanna juga pernah batal pada bulan Desember 2008 lalu. Tapi apa yang saya dengar dari siaran Radio Gen FM malam, yang di pandu oleh Sammy dan rekan wanitanya, sangat mengejutkan. Radio Gen FM melalui mereka masih menginformasikan tentang pembelian tiket Rihanna yang dapat diperoleh di Monsterticket.com, menyebutkan harga-harga tiketnya, dan masih mencoba mempengaruhi pendengar Radio Gen FM tentang akan hebohnya konser Rihanna di Indonesia.

Jujur aja, saya jadi bingung. Informasi mana nih yang benar?? Jadi apa enggak nih Rihanna dateng. Walaupun memang saya tidak ada rencana untuk datang ke sana, tapi berita tentang kegagalan untuk kedua kalinya ini sangat menarik untuk dikuti. Saya penasaran. Sesampainya dirumah, ternyata di newsticker ( berita baris di bawah layar kaca televisi) di TV one dan Metro Tv mengatakan "Rihanna kembali batal datang karena diduga terlibat perkelahian dengan chris brown".

Kontan saja, rasa kecewa saya terhadap Radio Gen FM semakin membesar. Radio Gen FM seharusnya sadar, kalau Radio Gen FM saat ini telah menjadi radio yang didengarkan banyak orang. Dan sudah seharusnya mereka menyediakan informasi yang dapat dipercaya.

Senin, 19 Januari 2009

Polisi Kok Begini???!!!!!!!!!

Mengapa seseorang mendatangi lembaga pengadil ketika terjadi perselihan???Kenapa tidak diselesaikan sendiri saja diantara pihak yang bertikai????Pertanyaan yang konyol bukan??..tentu setiap orang yang bersengketa menginginkan petunjuk sang pengadil tentang peraturan atau undang-undang yang berkaitan dengan pertikaian tersebut, siapa yang salah, dan siapa yang benar secara hukum. Begitu Kan???? Tapi apa jadinya jika sang pengadil justru melemparkan aturan untuk dinilai sendiri ke pihak yang bersengketa???

Kejadian ini terjadi sekitar awal tahun 2008. Ketika itu adek gw, cewe, sedang mengendarai mobil bersama teman kuliahnya menuju jalan pulang di daerah permata hijau. Entah bagaimana ceritanya, Nyokap gw pun panik memanggil gw. Katanya adek gw tabarakan dengan seorang pengendara motor di Lampu merah Rumah Sakit Medika Permata Hijau, yang memang tidak jauh dari rumah gw. Gw pun langsung nyamperin adek gw.

Setibanya disana, wajah adek gw pucat. Dan seorang pria, berjaket kulit, gondrong, brewokan, sedang duduk di trotoar. Ternyata pria itu yang bersengketa dengan adek gw. Gw pun bertanya ke adek gw, apa yang sebenarnya terjadi. Setelah panjang lebar diceritakan, gw mulai mendapat gambaran tentang kejadian itu. Walaupun, ketika gw bertanya dengan si pria, pria ini juga bersikeras kalau yang salah itu adek gw. Biasalah, mana ada sih maling ngaku maling. Tapi, gw yakin, diliat dari lecet di mobil gw, gw yakin banget motor itu yang salah.

"Gini aja bang, adek abang itu yang salah. Sekarang gini aja, saya ga mau bohong deh..abang ganti aja spakboard saya yang pecah", bentak dia dengan logat batak.

Emosi saya pun terpancing," Pak, kalau memang adek saya yang salah, 1 miliar pun akan saya ganti Pak. Tapi, kalau bapak yang salah, satu perak pun ga akan pernah saya kasih!!!!", bentak gw balik. Perundingan panas pun terjadi. Si Batak ini nampaknya mulai melembut. Dengan berdalih istrinya sedang sakit menunggu dirumah, dan dia hanya karyawan rendahan, omongan bapak ini pun mulai memelas.

Tapi, bukan itu yang ada di otak gw saat itu. Gw penasaran dari dulu, gimana sih kalau kecelakaan seperti ini kita bawa ke kantor polisi??apa tanggepan dari pihak Polisi??kenapa sebagian orang lebih memilih untuk tidak berurusan dengan Polisi, dan menyelesaikan nya di tempat???

"Gini aja deh, Pak...Kita ke kantor polisi Kebon Jeruk, kita tanya, Kita lihat siapa yang salah",ajak gw. Bapak itu pun menjawab," Ya sudah lah, bang, ayo..".

Berangkat lah gw bertiga naek mobil, dan pria itu naek motor menuju Pos Polis Kebon Jeruk. Sesampainya disana, ada seorang Petugas yang menyamperin. "ada apa nih??", tanya polisi itu. " Biasalah,Pak..ada musibah sedikit", kata si Pria itu. lalu Duduk lah Petugas itu di Mejanya. Dan Adek gw serta Pria itu duduk berdampingan di depan si petugas. "Bagaimana ceritanya,Mas?", tanya Petugas itu ke Si Pria Batak. Si Pria Batak pun menjelaskan seperti apa yang dia jelaskan ke gw. Gw hanya duduk di sofa tepat di belakang adek gw dan si Pria Batak itu, dan Berhadap-hadapan dengan Si Petugas Polisi.

Dan Jawaban yang akhirnya bikin gw sadar, kenapa orang lebih memilih menghindari berurusan dengan Polisi pun terucap." Gini ya Mas, Mba..pertama-tama, saya ingin bilang, kalau di jalanan itu semua benar, ga ada yang salah...Sudah lah, Bapak ini minta ganti berapa, ganti sajalah...atau bagi dua, kalau memang tidak punya uang", jawab petugas Polisi itu yang membuat saya jengkel.

Saya pun langsung bangun dari tempat duduk saya."Maaf, Pak...ini bukan perkara uang. Kenapa saya datang ke sini, ke Kantor Polisi, untuk melihat perkara ini dari sudut aturan lalu lintas. kan, Bapak, lebih mengetahui aturan lalu lintas di banding kita. Cuma itu saja pak, bukan masalah uang", ucap gw.

SAng Petugas pun mengulang pernyataannya, " Kan seperti yang tadi saya bilang, di jalanan tuh ga ada yang salah..sudah lah, ngapain di bikin ribet sih..Mas ini mintanya berapa??..bla..blaa..."

Gw pun langsung motong omongan itu, dan mengajak si Pria Batak itu keluar. Si pria yang kemudian mengenalkan dirinya bernama Tarigan itu pun berkata, " yah, begini lah mas, kalau kita ke polisi..buang - buang waktu saja.."

hahahahahaha....kejadian itu menjawab pertanyaan-pertanyaan gw di awal, mengapa orang-orang di negeri ini lebih memilih menyelesaikan perkara sendirian, dari pada membawa perkara ke pihak yang lebih mengerti aturan dan bertugas sebagai penegak hukum. Toh "semuanya benar kan,"....dan " ga ada yang salah.."

Selasa, 13 Januari 2009

Jangan Pernah Makan Mie Ayam di Monas..

Dipertengahan tahun 2008 silam, saya hendak menjemput ayah saya yang bekerja di Pemda DKI, balaikota, Monas. Saya pun masuk ke area parkiran monas sambil menunggu ayah saya.

Rasa lapar pun datang. Sekilas mata memandang, tampak kumpulan tenda-tenda penjaja makanan di sebelah pojok area parkir mobil. Saya pun menghampirinya. Tidak tampak kesibukan yang berarti untuk para pedagang, karena memang bukan musim liburan.

Dari sekian pilihan makanan, saya memilih mie ayam pakai bakso satu porsi. Saat itu, mungkin hanya saya yang membeli makanan di kumpulan tempat makan itu.

Setelah menunggu sekian lama, datang lah mbak - mbak membawa semangkok mie ayam dan menaruh di meja saya. Dari penampilannya, mie ayam ini memang sudah mencurigakan..kuahnya bening, tampak sekali micin nya terlihat disana, tidak seperti kuah mie ayam - mie ayam pada umumnya. Mie nya pun "blenyet", seperti sudah lama terendam air. Baksonya pun begitu. Bulatnya aneh, permukaan luarnya aneh.

Tapi, saya masih mencoba berdalih kalau itu hanya perkiraan saya saja. Lagian, rasa lapar sudah tidak bisa ditahan. Lalu terjadilah suapan pertama. Dan....Masya Allah...."mie ayam apaan nih?", gerutu saya dalam hati. Dari sudut mana pun, pakai indera mana pun, dan jenis makanan apapun yang ada di dalam mangkok itu, tidak ada satupun yang bisa memberikan sisi kelezatan sebuah mie ayam.PARAH!!!!!!!!!!!!....ditambah pelayanan mereka yang sangat tidak bersahabat.

Langsung saya sudahi saja bad lunch ini, dan bertanya," berapa mba?"...Si Mba menjawab, "Lima belas ribu!"

Masya Allah....beginikah potret pelayanan pariwisata kota Jakarta???beginikah cara penduduk kita menyambut kedatangan warga pendatang yang hendak berlibur ke Monas???Okey, memang saya orang Jakarta, yang memang hidup di Jakarta. Dan dapat saya pastikan, mungkin cuma saat itu aja saya makan di monas. Lagian, rumah saya juga deket dari Monas.

Tapi bagaimana dengan rombongan dari luar kota yang ingin berlibur ke Monas?? Bagaimana dengan keluarga yang membawa anaknya melihat rusa di Monas?? Yang tidak membawa bekal makanan dari rumah dan membeli makanan disitu??? Sungguh menyedihkan!!!! Amat sangat menyedihkan!!!!

Dan bagi kalian yang ingin ke Monas, saya sarankan..BAWA BEKAL DARI RUMAH, DAN JANGAN PERNAH BELI MAKANAN DI PELATARAN PARKIRAN MONAS..APALAGI MIE AYAM NYA!!!!!!!!!!!!!!!!

Baraya travel........cukup deh!!!!!

Bisnis travel one time shuttle memang sedang menjamur. Terutama untuk perjalanan Jakarta - Bandung dan sebaliknya. Dahulu, mungkin hanya ada X-trans Travel yang berani mem-plot dirinya sebagai "pelopor one-time shuttle". Namun ketika itu 4848 masih jadi yang paling diminati. Tapi sistem kuota yang menunggu mobil penuh baru berangkat mulai ditinggali penumpang. Semakin kesini, semakin bermunculan travel-travel lainnya. Persaingan harga pun mulai menjadi perhatian bagi para pelancong. Dulu saya selalu memilih X-trans Travel untuk bepergian ke bandung. Karena, selain saat itu baru sedikit travel jenis begini, X-trans Travel memiliki terminal pemberangkatan yang menjangkau daerah dimana gw menghabiskan banyak waktu , yaitu di Bintaro. Harganya pun saat itu masih lumayan murah, Rp 45.000 untuk umum, dan Rp 30.000 untuk mahasiswa ( kalau gw ga salah ya, maklum itu dah lama banget).

Gw pun kembali akan bepergian ke Bulan Agustus 2008 lalu. Bedanya, saat ini harga X-Trans Travel sudah Rp 70.000. Dan gw pun mulai mencari travel-travel lain yang harganya lebih murah. Gw pun melihat spanduk di depan Bintaro Plaza yang bertuliskan "Baraya Travel Jakarta - Bandung Rp 40.000,- Lokasi di Bintaro Sektor 7". Langsung lah gw telpon dan menanyakan lokasi pastinya.

Kalau dulu gw pake X-Trans Travel, gw selalu booking by phone dulu, baru bayar pas pengen berangkat. Dengan Baraya Travel pun begitu, gw booking by phone dulu. DAn akhirnya, hari jumat, gw dateng ke sekitar lapangan Golf Bintaro sektor 7. Dan gw sedikit kaget, ternyata Baraya Travel hanya menyediakan satu buah meja dan satu buah kursi untuk petugasnya, yang waktu itu seorang wanita muda.

Gw pun menghampirinya. Diatas meja tersebut sudah terbuka buku daftar pemesan bagi para calon penumpang Baraya Travel. Gw berdiri di depan meja itu. Tapi, sepertinya kehadiran gw belom diharapkan oleh si mba petugas Braya Travel..he..he..Dia terus-terusan berbicara di telpon dengan (mungkin) temannya. Tak ada sedikitpun itikad dia untuk mengakhiri pembicaraannya dan melayani gw. Sungguh pelayanan yang "baik".

Setelah lumayan lama berdiri, baru mba itu bertanya " ada apa mas?". gw pun membayar dan langsung menunggu di pelataran ruko-ruko disitu, karena memang tidak ada ruang tunggu khusus seperti di X-Trans Travel. Bis Baraya Travel pun datang. Tapi kok di dalam bus medium ( 24 0rang ) sudah ada orangnyayah?? kalau X-trans Travel, dimana dia berangkat, disitu lah semua penumpang naik..Bukan menjemput dari halte ke halte. Gw pun naik di kursi paling belakang.

Sampai akhirnya gw sadar, ternyata harga itu bukan segalanya. Sepanjang perjalanan badan gw tak berhentinya bergoyang seperti kalau naek bajaj. Ntah karena kondisi mobil Baraya Travel, atau cara menyupir si driver Baraya Travel. APalagi di Jalan Tol Cipularang yang memang terbuat dari beton. Maka yang terjadi adalah badan gw yang melompat lompat, bahkan tak jarang pantat gw terpisah dari kursi duduk gw..he..he..

Hmm...ya sudah lah, seenggak nya gw jadi tau...kalau besok-besok, mendingan naek X-trans Travel aja deh..Lebih mahal dikit, tapi pelayanannya lebih baik...

J-Co ber-lalat

Suatu hari di sekitar bulan November 2008, gw dan cewe gw ingin menghabiskan waktu untuk ngobrol2 ria di daerah Bintaro. Di daerah ini memang hanya ada satu buah Mall, Bintaro Plaza. Tempat yang akhirnya gw pilih adalah J-Co Donnuts. Karena memang dibanding tempat sejenis, disinilah yang menyediakan kenyamanan yang lebih baik. Dari tempat duduknya, suasananya, dan yang lainnya, di Bintaro Plaza memang J-Co yang paling nyaman (se enggak nya menurut gw).

Duduk lah gw di bagian dalam (smooking room) setelah memesan 2 buah minuman. Cewe gw memesan minuman Ice Blended Cappucino, dan gw lupa waktu itu gw mesen apa. Setelah beberapa jam berbicara dan minuman pun sudah mencapai titik dasar, tiba-tiba cewe gw panik , " apaan nih??". Gw pun nanggepinnya bercanda. Tapi setelah diperhatikan, benda itu bergerak - gerak. Tubuhnya diselimuti bahan-bahan pembuat minuman itu. Ternyat sebuah lalat hijau, besar, dan masih hidup melekat di sedotan yang sedikit diangkat dari dasar gelas. Kontan, gw langsung nyamperin dapur pembuatan minumannya. Gw panggil waittress. Awalnya hanya seorang waittress yang menanggapi keluhan gw. Tapi setelah gw buka tutup gelas, dan mengangkat sedotan yang digelantungi lalat itu, 2 orang rekannya ikut berkumpul. Gw heran lah, tempat se elite dan se branded J-Co bisa terjadi hal seperti ini. Gw cuma bilang " Nih mas, ada lalat nya...keliatan kan?"..Dan ga seorang pun dari 3 waittress itu yang bisa berbicara..sepatah kata pun. Gw pun langsung kembali ke kursi. Cewe gw masih nutup mulutnya dengan perasaan jijik..ngebayangin seandainya lalat itu masuk ke tubuhnya.

Tak lama berselang, datang seorang berpakaian rapih, berdasi, memakai jas, menghampiri meja gw. " Selamat sore mas, saya Tn X ( gw lupa namanya), saya Manager in Charge disini. Bagaimana kejadiannya mas?"..Lalu gw jelasin lah asal muasal kejadiannya. Manajer itu pun berkata " saya minta maaf sekali mas, kejadian ini memang pernah terjadi sebelumnya, Biasanya ini terjadi dari sedotan yang tidak tertutup. Sekali lagi saya minta maaf, dan saya akan memberikan compliment dengan minuman jenis yang sama. Minumannya tadi apa mas?"..Saya memang salut dengan jiwa besar dan tanggapan atas komplain konsumen seperti saya. Tapi saya kurang sreg aja, klo ketidak nyamanan ini bisa hilang hanya dengan penggantian minuman yang sejenis. " Maaf pak, sebenernya saya 'gak mengharapkan penggantian apapun. Lagian saya juga kembung lah kalau harus minum terus. Saya cuma kaget aja, tempat se kelas J-Co bisa terjadi kejadian seperti ini. Ini masalah kenyamanan dan kepuasan pelanggan, Pak..bukan masalah penggantian. Saya harap sih, kejadian seperti ini tidak terulang lagi, Pak. Sayang lho, brand yang sudah besar ini harus jatoh karena masalah kaya gini", jawab gw.

Manajer itu pun betul-betul mengetahui bagaimana bersikap menghadapi komplain pelanggan. Mungkin karena memang prosedur, mereka pun mengganti minuman cewe gw dengen minuman sejenis yang baru.

Kesalahan, kelalaian,ketelodoran, atau apapun namanya memang lumrah terjadi di semua hal. Tapi, kalau mereka menyadari telah melakukan berkali-kali, dan masih terjadi lagi, fatal akibatnya. Apalagi untuk bisnis yang memang menjual kenyamanan bagi pelanggannya. semoga para pebisnis lebih menghargai perlindungan konsumen.